Sabtu, 05 November 2011

Aqidah - Hubungan Antara Iman Dengan Ibadah dan Etika atau Moral

Di samping istilah akhlak juga dikenal etika dan moral ketiga istilah ini sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap perbuatan manusia. perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan assunah, bagi etika standarnya adalah akal pikiran; dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Definisi-definisi akhlak dapat dilihat pada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
  1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 
  2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
  3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 
  4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 
  5. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas semata karena Allah swt, bukan karena ingin mendapat pujian.
Sumber: http://www.masbied.com/2011/02/22/aqidah-akhlak/#more-205 

“Sesungguhnya mengerjakan (ibadah) salat itu akan dapat mencegah seseorang dari melakukan kejahatan dan kemunkaran.”
(Q.S Al-Ankabut: 45)
Ayat ini menegaskan, orang yang melaksanakan salat akan menjauhi diri dari perbuatan jahat dan munkar. Ini tentu apabila salat tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar yang disertai dengan penuh keimanan kepada Allah SWT.
Sumber: Buku (Tauhid Ilmu Kalam hal. 40-41), pengarang Drs. H. Muhammad Ahmad 
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat local dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
Dalam masyarakat, istilah moral (etika) sering digunakan sebagai pengganti dari kata kepribadian.
Pembentukan kepribadian bukanlah suatu proses yang berlangsung cepat, melainkan memakan waktu yang cukup panjang. Ia berproses dalam setiap pribadi manusia sejak pribadi itu masih berada dalam kandungan dan berkembang terus setelah ia dilahirkan. Karena itulah, Islam mengajarkan kepada setiap manusia (wanita) yang sedang mengandung untuk banyak berdoa dan mengingat Allah.
Sumber: Buku (Tauhid Ilmu Kalam hal. 41-42), pengarang Drs. H. Muhammad Ahmad
Akal dan nurani seorang setiap manusia dapat dilihat melalui kelakuan yang biasa ia tampakkan dalam keseharian. Dengan kata lain, akhlak merupakan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal dan nurani seseorang.“Rasulullah bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan”. (HR. Ahmad)Nabi saw bersadba, “Aku menjamin sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi orang-orang yang berakhlak baik”. (HR. Abu Dawud)Dengan demikian, ibadah dan akhlak merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Ibadah dan akhlak laksana pohon dengan buahnya. Kualitas akhlak merupakan cermin dari kualitas ibadah seseorang. Setiap manusia pastilah memiliki akhlak. Dan setiap akhlakqul karimah merupakan buah dari ketaataannya kepada Allah swt.
Kepribadian yang hendak dicapai dalam ajaran islam adalah ketakwaan. Karena itu, setiap proses pembentukan kepribadian harus diorientasikan kepada ketakwaan tersebut. Takwa yang dimaksud disini adalah takwa dalam arti luas, tidak hanya menyangkut keimanan dan ibadah ritual saja, tetapi juga menyangkut hubungan antara sesama manusia dan lingkungannya, termasuk masalah kemasyarakatan dan kenegaraan. Penanaman tauhid yang baik dan benar kepada anak sangat menentukan terwujudnya kepribadian takwa tersebut.
Sumber: Buku (Tauhid Ilmu Kalam hal. 432), pengarang Drs. H. Muhammad Ahmad\

Iman tidak sempurna tanpa moralitas. Iman adalah suatu kekuatan yang membuat manusia jauh dari atribut rendah dan bertindak tak terkendali, dan mendorong dia untuk mencapai atribut yang tinggi dan moral yang bersih. Itu sebabnya setiap kali Allah memanggil hamba-Nya ke arah kebajikan atau kapanpun Ia menginginkan mereka membenci kejahatan, Ia menyatakannya sebagai syarat penting dari Iman dalam hati mereka. Misalnya ketika Ia, dalam Surah Taubah, memerintahkan manusia untuk mengikuti kebenaran dan untuk berbicara kebenaran, Ia berbicara kepada mereka seperti ''Hai kalian yang memiliki iman" (atau "Hai kalian yang beriman"): "Hai kalian, yang memiliki iman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (Taubah: 119)

Nabi Allah telah menjelaskan dengan baik bahwa bila iman kokoh dan keyakinan kuat, maka moral yang kuat dan tahan lama akan terbangun, dan jika karakter moral rendah, maka iman akan ikut menjadi lemah.

Seorang pria, yang tidak beradab dan berkelakuan buruk dan mengikuti kebiasaan buruk tanpa peduli orang lain, adalah seperti orang yang dikatakan oleh nabi SAW:
"Moral dan iman adalah saudara kembar. Bila yang satu hilang maka kita pasti akan kehilangan yang lainnya pula".

Sumber: http://lintas-islam.blogspot.com/2011/03/kelemahan-moral-bukti-dari-kurangnya.html

0 comments:

Posting Komentar