Jumat, 04 November 2011

Aqidah - Ruang Lingkup Ilmu Aqidah


Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam Arkanul Iman, yaitu:  

1. Iman kepada Allah SWT 
Pengertian iman kepada Allah ialah: 
  1. Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
  2. Membenarkan dengan yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
  3. Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baharu (makhluk). Allah zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan. Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Al-Qur’an telah memberikan petunjuk, cara bagaimana memperoleh keimanan terhadap aqidah pokok. Selanjutnya Al-Qur’an memberikan pula petunjuk sekitar ketuhanan dengan menerangkan nama. Nama dan sifat-sifat Tuhan, yang menggambarkan zat Allah, kekuasaan-Nya, kebijaksanaan-Nya, sifat-sifat kesempurnaan dan layak baginya wajib kita iman. Karena itu Al-Qur’an menempuh cara pertengahan dalam memperkenalkan Tuhan, Dia, menurut Al-Qur’an antara lain Maha Mendengar, maha melihat, hidup, berkehendak, menghidupkan dan mematikan, Ar-Rahman.
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah swt. 

2. Iman Kepada malaikat-malaikat-Nya
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata malaikat diartikan makhluk Allah yang taat, diciptakan dari cahaya yang mempunyai tugas khusus dari Allah.
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.

Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah makhluk yang dinamai malaikat. 
Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah:
  1. Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul.
  2. Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
  3. Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
  4. Malaikat Izrail, bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.
  5. Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia.
  6. Malaikat ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga.
  7. Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka.
  8. Malaikat yang bertugas memikul Arasy.
  9. Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan kebenaran.
  10. Malaikat yang bertugas mendoakan orang-orang yang beriman supaya diampuni oleh Allah segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga dari segala keburukan dan doa-doa lain. 
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
 
3. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT 
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat. 
Dari berbagai penjelasan dapat disimpulkan bahwa:
  1. Al-Qur’an adalah kitab hidayah yang memberi petunjuk kepada manusia dari berbagai persoalan-persoalan aqidah, syari’ah, ibadah, tasyri, akhlak demi kebahagiaan hidup.
  2. Tiada pertentangan antara Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan.
  3. Membenarkan atau menjalankan teori-teori ilmiah berdasarkan Al-Qur’an bertentangan dengan tujuan pokok atau sifat Al-Qur’an dan bertentangan pula dengan ciri khas ilmu pengetahuan.
  4. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan penemuan-penemuan baru adalah ijtihad yang baik. 
4. Iman kepada Nabi dan Rasul 
Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.
Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian Nabi dan Rasul sesudahnya.

Firman Allah QS. Al-Ahzab (33): 40.
Terjemahnya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

5. Iman kepada hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi. Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu.
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing.

Firman Allah SWT. QS. Thaha (20): 15
Terjemahnya: “Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”

6. Iman kepada qada dan qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya huykum sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar, ini antara lain:
  1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti oleh Allah SWT.
  2. Mendorong manusia untuk terus beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat dari Allah SWT.
  3. Mendorong manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT.
  4. Menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan nasibnya diserahkan kepada Allah SWT.
  5. Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena menyakini apapun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT. 
Sumber: http://www.masbied.com/search/ruang-lingkup-ilmu-aqidah 

AKIDAH POKOK YANG DISEPAKATI

Pada masa khalifah Umar Bin Khattab, persoalan akidah Islam masih dapat dipertahankan yaitu disebut Rukun Iman yang jumlahnya ada 6 berikut: 
1.      Iman kepada Allah 
2.      Iman kepada malaikat-malaikat Allah 
3.      Iman kepada kitab-kitab Allah 
4.      Iman kepada rasul-rasul Allah 
5.      Iman kepada hari kiamat  
6.      Iman kepada qadha dan qadhar
Sumber: Buku (Tauhid Ilmu Kalam hal. 45), pengarang Drs. H. Muhammad Ahmad

Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Demi membina setiap individu muslim, perlu kiranya kita mengingatkannya tentang sumbangsih-sumbangsih akidah yang telah dimiliki oleh orang-orang sebelumnya dan meyakinkannya akan validitas akidah itu dalam setiap zaman dan keselarasannya dengan segala era.
Kita bisa menyimpulkan peranan penting akidah dalam membina manusia di berbagai sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut :
1)      Dalam Sisi Pemikiran
Akidah menganggap manusia sebagai makhluk yang terhormat. Adapun kesalahan yang terkadang menimpa manusia, adalah  satu hal yang biasa dan bisa diantisipasi dengan taubat. Atas dasar ini, akidah meyakinkannya bahwa ia mampu untuk meningkatkan diri dan tidak membuatnya putus asa dari rahmat Allah dan ampunan-Nya Akidah telah berhasil memerdekakan manusia dari penindasan politik para penguasa zalim dan membebaskannya dari tradisi menuhankan manusia lain.
2)      Dalam Sisi Sosial
Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat masyarakat Jahiliah hanya mementingkan diri mereka dan kemaslahatannya, dengan mengenal akidah, mereka relah mengorbankan segala yang mereka miliki demi agama dan kepentingan sosial.
Akidah telah berhasil menghancurkan tembok pemisah yang memisahkan antara ketamakan manusia akan kemaslahatan-kemaslahatan pribadinya dan jiwa berkorban demi kemaslahatan umum dengan cara menumbuhkan rasa peduli sosial dalam diri setiap individu. Akidah telah berhasil menumbuhkan rasa peduli sosial ini dalam diri setiap individu. Dalam Sisi Kejiwaan.
3)      Dalam Sisi Kejiwaan
Akidah dapat mewujudkan ketenangan dan ketentraman bagi manusia meskipun bencana sedang menimpa. Dalam hal ini akidah telah menggunakan berbagai cara dan metode untuk meringankan bencana-bencana itu di mata manusia. Di antara cara-cara tersebut adalah menjelaskan kriteria dunia;bahwa dunia ini adalah tempat derita dan ujian yang penuh dengan bencana dan derita yang acap kali menimpa manusia. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi manusia untuk mencari kesenangan dan ketentraman di dunia ini.
4)      Dalam sisi akhlak
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber: http://www.al-shia.org/html/id/books/Peran%20Akidah/07.htm

Hubungan antara Iman dengan pembentukan etika (moral)
Dalam masyarakat istilah moral (etika) sering digunakan sebagai pengganti dari kata kepribadian. Setelah seorang anak lahir dari kandungan ibunya maka orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental seorang anak. Sebab itulah dalam ajaran Islam ditekankan bagi orang tua untuk memperhatikan pendidikan dan perkembangan kepribadian terhadap anaknya.
Bagi seorang muslim, usaha yang paling penting dan utama untuk menuju mental yang sehat adalah memantapkan, menguatkan, dan mengokohkan akidah yang ada dalam dirinya. Sebab dengan akidah yang kokoh jiwanya akan selalu stabil, pikirannya tetap tenang, dan emosinya terkendali.
Sumber: Buku (Tauhid Ilmu Kalam hal. 41-43), pengarang Drs. H. Muhammad Ahmad

Ruang Lingkup Aqidah Islam
Aqidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah Al-Qur’an. Imam, ialah
segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk
mempercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan
pengaruh persangkaan. Ia tetapkan dengan positif oleh saling membantunya teks-teks dan
ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian adanya konsensus kaum Muslimin yang tak pernah
berubah, bertolak sejak penyiaran Islam pertama di masa Rasulullah hingga kini.
Ayat- ayat Al-Qur’an tersebut menuntut kepada manusia untuk memiliki kepercayaan itu, yang
pula merupakan seruan utama setiap Rasul yang diutus Allah sebagai yang dinyatakan
Al-Qur’an dalam pembicaraannya mengenai para Nabi dan Rasul.

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu العقد yang berarti الجمع بين أطراف الشيء (menghimpun atau mempertemukan dua buah ujung atau sudut/ mengikat). Secara istilah aqidah berarti keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah ini identik dengan iman yang berarti kepercayaan atau keyakinan.
Masalah-masalah aqidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah, Rasul dan hal-hal yang ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di samping itu juga menyangkut dengan masalah eskatologi, yaitu masalah akhirat dan kehidupan setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan keyakinan dan keimanan, maka muncul arkanul iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhirat, qadha dan qadar.
Di dunia Islam, permasalahan aqidah telah terbawa pada berbagai pemahaman, sehingga menimbulkan kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok memiliki metode dan keyakinan masing-masing dalam pemahamannya. Di antara kelompok-kelompok tersebut adalah Muktazilah, Asy’ariyah, Mathuridiyah, Khawarij dan Murjiah.

Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain: ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi islam. Disebut ilmu Ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin). Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah SWT. Ilmu tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah SWT, dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh sebab itu, sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid.
Sumber: Buku (Ilmu Kalam hal. 13), pengarang Dr. Abdul Rozak, M.Ag. & Dr. Rosihan Anwar, M.Ag.


1 komentar:

  1. terima kasih artikelnya.
    mohon ijin u jadi referensi tugas yah :d ... tengkyu ...

    salam kenal ...

    BalasHapus